
Hal tersebut diungkapkannya dalam diskusi secara daring di Jakarta, Rabu (28/5/2025), yang membahas proyek kerja sama BRIN dengan Bank Sampah Banjarnegara, Jawa Tengah dalam mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar.
“Kalau kami hitung berdasarkan dari total input dan output yang dihasilkan, untuk efisiensinya kita sudah bisa mencapai 60 persen,” katanya.
Tri menjelaskan sebanyak 100 kilogram sampah yang diolah melalui mesin fast pyrolisis bisa menghasilkan sebanyak lebih dari 60 liter petasol.
Melalui proses tersebut, lanjutnya, bahan bakar minyak dengan angka cethane (Cethane Number/CN) mencapai 54 itu bisa dihasilkan.
“Itu semua kembali kepada kemampuan pengolah sampahnya, kemudian jenis bahan bakunya ketika melakukan proses,” lanjutnya.
Dalam satu kali proses fast pyrolisis, jelas Tri, waktu yang digunakan kurang lebih selama 8-15 jam, dengan kapasitas mesin mencapai 100 kilogram sampah plastik.
“Biasanya untuk yang pertama kali mencoba itu tidak bisa 8 jam. Jadi semakin ahli sebetulnya semakin pintar ya memasukkan sampah plastik yang digunakan ke dalam alat fast pyrolisis. Tapi sekali lagi untuk prosesnya kita tidak mematok itu selesai 8 jam, tapi biasanya kalau yang baru awal memulai itu 8 sampai kurang lebih 15 jam untuk bisa selesai 1 kali proses fast pyrolisis,” ucapnya.
Sementara, Perwakilan Bank Sampah Banjarnegara Endi Rudianto menjelaskan petasol yang dihasilkan dari proses pengelolaan sampah plastik tersebut sehari-harinya digunakan untuk membantu petani/nelayan yang membutuhkan bahan bakar.
Meski demikian, ia mengakui bahan bakar petasol itu juga bisa digunakan oleh mesin diesel apapun, termasuk kendaraan.
“Kebetulan yang untuk sekarang kita sendiri untuk kendaraan operasional kita, Fortuner tahun 2008. Kita sudah pakai hampir empat tahun pakai bahan bakar petasol,” ucap Endi Rudianto.