
Tim Undana itu terdiri dari Dr. Luh Putu Ruliati, SKM.,M.Kes, Agus Setyobudi, SKM.,M.Kes, drh. Galuh Wiedani Kusuma Dyah Larasati,M.Si dan Dr. Imelda F.E. Manurung, SKM.,M.Kes,
Ketua Tim Undana Kupang, Luh Putu Ruliati, mengatakan, nyeri pinggang dan punggung sudah lama menjadi keluhan umum di kalangan penenun tradisional di Kelurahan Manutapen.
Menurutnya, posisi duduk membungkuk dalam jangka waktu lama, yang menjadi ciri khas pekerjaan menenun. Kondisi itu, memicu masalah kesehatan.
“Program intervensi ini melibatkan edukasi tentang teknik peregangan dasar yang menargetkan otot-otot pinggang, punggung, leher, dan bahu yang seringkali tegang,”kata Ruliati, kepada Kompas.com, Rabu (28/5/2025).
Para penenun, lanjut dia, diajarkan untuk melakukan gerakan-gerakan ini selama lima menit di sela sela bekerja pada pukul 10.00 hingga pukul 15.30 sore.
Gerakan-gerakan ini meliputi peregangan pinggang, peregangan punggung, rotasi tubuh, dan peregangan leher, tangan dan kaki yang semuanya dirancang untuk meningkatkan fleksibilitas dan mengurangi ketegangan otot.
Tentunya, bertujuan untuk membiasakan para penenun melakukan gerakan peregangan sederhana namun efektif di jeda waktu menenun mereka.
“Kami menyadari bahwa jam kerja yang panjang membuat para penenun rentan terhadap nyeri pinggang dan punggung. Peregangan singkat ini dirancang agar mudah dilakukan di tempat, tanpa mengganggu ritme kerja mereka secara signifikan,” ujar Ruliati.
Dia menyebutkan, hasil awal dari program ini sangat menggembirakan.
“Banyak penenun melaporkan penurunan signifikan dalam intensitas nyeri pinggang dan punggung setelah rutin melakukan peregangan,” kata Ruliati.
Penerapan intervensi peregangan ini bukan hanya sekadar mengurangi nyeri pinggang dan nyeri punggung, tetapi juga berpotensi meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas para penenun.
Dengan tubuh yang lebih nyaman, mereka dapat menenun dengan lebih fokus dan bersemangat.
Keberhasilan program ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi pekerja informal lainnya yang juga melakukan aktifitas pekerjaan dengan sikap tubuh statis dalam waktu lama.
Ruliati berharap, kegiatan ini dapat terus berlanjut dan bahkan diperluas, sehingga lebih banyak penenun tradisional di Manutapen dan sekitarnya dapat merasakan manfaatnya.
“Ini adalah langkah kecil namun berarti menuju kesehatan masyarakat yang lebih baik bagi para pahlawan pelestari budaya Tenun Tradisional di Wilayah Kepulauan Semi Ringkai NTT,” ujar dia.
Martha, salah satu penenun senior di Manutapen, mengaku terbantu dengan inovasi yang disampaikan para peneliti Undana ini.
“Dulu, setiap sore punggung saya terasa sangat pegal dan kaku. Sekarang, setelah sering melakukan peregangan yang diajarkan, rasanya jauh lebih ringan,” kata Martha