
mangrove yang lebat banyak ditemukan di wilayah pesisir tropis.
Ekosistem ini memiliki dua fungsi utama yang penting, yakni mencegah banjir pesisir dan juga penyerap karbon.
Namun ada kekhawatiran badai yang lebih intens dan sering terjadi akibat perubahan iklim dapat memberikan dampak jangka panjang yang merusak pada ekosistem mangrove ini.
Akan tetapi sebuah studi baru yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Yale School of Environment menunjukkan hasil yang berbeda.
Studi menemukan bahwa ekosistem mangrove ini lebih tangguh dari yang diperkirakan sebelumnya dalam menghadapi dampak badai yang disebabkan oleh perubahan iklim.
Mengutip Phys, Senin (2/6/2025) temuan tersebut didapat setelah peneliti mengukur jumlah karbon yang hilang dari hutan bakau di Taman Nasional Everglades di AS setelah badai besar.
Mereka menemukan bahwa semua karbon yang hilang tersebut dapat pulih kembali hanya dalam waktu empat tahun.
Kecepatan pemulihan ini menunjukkan bahwa hutan bakau memiliki ketahanan yang luar biasa dan akan terus berfungsi sebagai penyerap karbon yang efektif, bahkan setelah dilanda badai hebat.
Studi ini tidak hanya menunjukkan kecepatan pemulihan bakau, tetapi juga memberikan perkiraan berapa lama bakau perlu “beristirahat” di setelah badai agar bisa pulih sepenuhnya.
Informasi ini krusial karena badai diperkirakan akan makin sering dan kuat, dan jika bakau tidak punya cukup waktu untuk pulih, fungsinya sebagai pelindung pantai dan penyerap karbon bisa terancam dalam jangka panjang.
Studi yang dipublikasikan di Global Change Biology ini pun memberikan pemahaman baru tentang bagaimana ekosistem pulih setelah terkena dampak parah akibat perubahan iklim.
Selain itu, studi juga menekankan betapa pentingnya melakukan pemantauan lingkungan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama untuk mendapatkan wawasan yang mendalam tentang ketahanan ekosistem.
“Hutan bakau memiliki kemampuan atau kapasitas untuk menyerap kembali karbon yang telah dilepaskan atau hilang akibat badai dengan relatif cepat,” kata Sparkle Malone, peneliti di Yale Center for Natural Carbon Capture yang memimpin studi ini.
“Ini pertanda baik bahwa hutan bakau relatif tangguh terhadap berbagai jenis gangguan yang akan mereka alami di masa mendatang,” paparnya lagi.
Penelitian-penelitian sebelumnya cenderung memiliki fokus yang lebih sempit. Mereka umumnya hanya melihat seberapa besar dampak satu badai terhadap hutan bakau, atau mereka memeriksa pemulihan hanya pada satu aspek tertentu dari ekosistem bakau.