
perubahan iklim menyebabkan penurunan curah hujan di wilayah Hutan Hujan Amazon.
Hasilnya mereka menyimpulkan kekeringan di Hutan Hujan Amazon ini bisa memiliki dampak yang meluas ke seluruh dunia.
Itu terjadi karena Amazon menyimpan cadangan karbon dioksida (CO2) dalam jumlah yang sangat besar.
Sebuah penelitian menyebut Amazon menyimpan emisi karbon global yang setara dengan dua tahun.
Ketika pohon ditebang atau mati karena kekeringan, mereka melepaskan karbon yang tersimpan ke atmosfer, yang mempercepat pemanasan global.
Untuk menyimulasikan dampak kekeringan di Amazon, peneliti kemudian membangun sebuah struktur di area seluas satu hektar di Hutan Nasional Caxiuana .
Struktur ini menggunakan sekitar 6.000 panel plastik transparan yang berfungsi untuk mengalihkan sekitar separuh dari air hujan agar tidak mencapai lantai hutan.
Tujuannya adalah untuk membuat kondisi buatan di mana hutan mengalami stres akibat kekurangan air, mirip dengan apa yang bisa terjadi jika perubahan iklim mengurangi curah hujan di Amazon secara drastis.
Panel-panel tersebut dipasang satu meter di atas tanah di sisi-sisinya hingga empat meter di atas tanah di bagian tengah. Air disalurkan ke selokan dan disalurkan melalui parit yang digali di sekeliling batas petak.
Di sebelahnya, petak yang identik dibiarkan tidak tersentuh untuk dijadikan kontrol.
Di kedua area tersebut, instrumen dipasang ke pohon, diletakkan di tanah, dan dikubur untuk mengukur kelembapan tanah, suhu udara, pertumbuhan pohon, aliran getah, dan perkembangan akar, di antara data lainnya. Dua menara logam berada di atas setiap petak.
Di setiap menara, radar NASA mengukur seberapa banyak air yang ada di tanaman, yang membantu para peneliti memahami tekanan hutan secara keseluruhan.
Data tersebut dikirim ke Laboratorium Propulsi Jet milik badan antariksa di California, tempat data tersebut diproses.
“Awalnya hutan tampak tahan terhadap kekeringan,” kata Lucy Rowland, seorang profesor ekologi di Universitas Exeter, dikutip dari Independent, Jumat (30/5/2025).
“Namun, hal itu mulai berubah sekitar delapan tahun kemudian. Kami melihat penurunan biomassa yang masif serta kematian pohon-pohon terbesar,” papar Rowland.