
Yang tak diketahui, potensi nanas bukan hanya pada buahnya, tetapi juga pada serat daun yang sering dibuah begitu saja.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), Andi Rizaldi, mendorong pengolahan limbah daun nanas atau leaf fiber yang kini kian diminati oleh industri fesyen maupun industri non-tekstil.
Serat daun atau leaf fiber adalah jenis serat yang diambil dari bagian daun tumbuhan dan memiliki karakteristik unik.
Serat daun nanas semakin diminati oleh industri karena teksturnya yang lembut, ringan, dan tampilan mengilap menyerupai sutera. Serat ini juga dikenal kuat dan tahan lama, sehingga cocok digunakan sebagai bahan dasar pakaian, aksesori, tekstil interior, hingga otomotif.
Andi menekankan bahwa pemanfaatan limbah daun nanas menyentuh tiga aspek penting: lingkungan, ekonomi, dan penciptaan lapangan kerja hijau (green jobs).
“Solusi ini dapat menyentuh beberapa aspek. Pertama, dapat menjadi komoditas serat alam alternatif yang bisa digunakan sebagai bahan baku yang ramah lingkungan dan mudah terurai,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (26/5/2025).
Selain mengurangi polusi akibat pembakaran limbah pertanian, serat daun nanas juga membuka peluang ekonomi baru bagi petani.
“Alih-alih membakar sisa daun setelah panen nanas, para petani kini dapat mengolahnya menjadi produk turunan dengan nilai jual cukup tinggi,” lanjutnya.
Andi juga menyoroti pentingnya pengembangan green jobs di wilayah-wilayah penghasil nanas. Potensi ini dinilai strategis untuk memperkuat daya saing industri serat alam Indonesia.
Optimisme terhadap serat daun nanas semakin diperkuat dengan tren pasar global. Menurut laporan Dataintelo, pasar kain serat daun untuk pakaian diperkirakan tumbuh dari 1,2 miliar dolar AS pada 2023 menjadi 2,8 miliar dolar AS pada 2032. Pertumbuhan ini mencerminkan preferensi konsumen terhadap produk yang berkelanjutan.
“Ini juga bisa menjadi salah satu strategi peningkatan daya saing industri, yakni dengan membentuk value chain, di mana keunggulan produk dibuat berdasarkan permintaan konsumen,” kata Andi.
Namun, tantangan tetap ada. Variasi permintaan pasar menuntut pengembangan teknologi pengolahan yang adaptif serta sinergi lintas sektor, termasuk dukungan dari pemerintah daerah.
Langkah konkret telah dimulai melalui kerja sama antara BBSPJI Tekstil Bandung dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Kalimantan Timur. Kepala BBSPJI Tekstil, Cahyadi, menjelaskan bahwa program ini bertujuan meningkatkan nilai tambah dan hilirisasi industri serat nanas.
“Sebagai kegiatan awal, sebanyak 14 orang petani nanas dari Kalimantan Timur hadir mengikuti bimbingan teknis pengolahan serat nanas di fasilitas Testbed Pengolahan Serat Alam BBSPJI Tekstil Bandung,” ujarnya.
Cahyadi menekankan bahwa pembinaan industri perlu berlangsung berkelanjutan, termasuk penguatan kemampuan pelaku industri dalam membangun rantai nilai serat nanas.
“Selain itu, penting juga untuk membaca prediksi permintaan pasar, memahami standar mutu komoditi serat alam, serta memiliki semangat untuk terus mengembangkan produk yang memiliki keunggulan kompetitif,” pungkasnya.