
Salah satu inisiatif mereka adalah Green House Sunter Muara, ruang hijau yang dibangun dari lahan sempit di tengah pemukiman.
Di bawah program Kampung Iklim (ProKlim), warga menyulap tong bekas menjadi kolam lele, botol plastik jadi pot sayuran, dan gang sempit menjadi kebun pangan yang ditanami bayam, ubi, hingga sawi.
Limbah dapur tidak dibiarkan menumpuk. Komposter organik diolah warga menjadi pupuk kompos untuk kebun dan pakan maggot (black soldier fly) untuk menjadi pakan ternak yang berkualitas.
Sistem ini telah digunakan oleh 40 rumah tangga aktif dan dikelola secara kolektif di tingkat RW sehingga menciptakan sirkulasi ekonomi dan ekologi yang berkelanjutan.
Di sisi lain, warga memanfaatkan sampah menjadi alat tukar. Melalui Bank Sampah Sunter Muara (BSSM), warga bisa menukarkan sampah menjadi berbagai layanan.
Ada program Sedarah untuk pemeriksaan dan pengobatan gratis, Bang Jali untuk penukaran sampah menjadi token listrik bagi rumah tangga rentan energi, serta Sembako untuk kebutuhan pokok.
Warga juga bisa menabung melalui sistem ATM-Ku, tabungan sampah yang berfungsi layaknya rekening bank.
“Alhamdulillah, dari program ini saya sudah bisa menabung emas hingga 12 gram,” kata Tri Lestari, warga RW 05 Sunter Agung.
Lebih dari sekadar tempat penukaran, BSSM menjadi pusat edukasi dan pemberdayaan. Di sana, ibu rumah tangga dan remaja dibina menjadi kader lingkungan. Mereka aktif menyosialisasikan pentingnya pemilahan dan pengolahan sampah, bahkan melakukan edukasi door-to-door.
Gerakan ini melibatkan semua lapisan usia termasuk anak-anak. Bersama Save the Children, RW 05 menggelar kampanye Cerdas Pilah Sampah yang menyasar anak-anak dan remaja melalui permainan edukatif, lomba, dan kegiatan sekolah dengan tujuan menanamkan kesadaran sejak dini bahwa setiap sampah berdampak pada lingkungan.
Dengan dampak yang semakin luas, lingkungan akan menjadi lebih bersih, budaya hidup sehat tumbuh, dan yang terpenting, banyak warga memperoleh tambahan penghasilan dari hasil kebun, kompos, hingga tabungan bank sampah.
Transformasi ini juga ditinjau langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurofiq. Ia menyebut RW 05 sebagai contoh pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang perlu direplikasi ke wilayah lain
Menurut hasil tinjauannya, lokasi ini telah memilah 93,5 persen sampah rumah tangga yang melibatkan sebanyak 970 dari total 1.037 rumah tangga dalam pemilahan sampah domestik.
“Ketika masyarakat diberdayakan, mereka bisa menjadi pelaku utama perubahan. Butuh lebih banyak contoh seperti ini di seluruh Indonesia,” ujar Hanif sebagaimana dikutip dari keterangan tertulisnya pada Senin (30/6/2025).
Di tengah tantangan urbanisasi dan minimnya ruang terbuka, RW 05 Sunter Agung menjadi bukti bahwa solusi lingkungan bisa tumbuh dari solidaritas warga.