KUBET – Peneliti Ungkap Peran Pemimpin Lokal dalam Membangun Ketahanan Perubahan Iklim

Salah satu situs arkeologi di pesisir yang rusak karena perubahan iklim

Lihat Foto

pemimpin lokal yang efektif serta mampu membangun ketahanan terhadap dampak perubahan iklim adalah mereka yang visioner, adaptif, kolaboratif, dan mampu membangun solidaritas komunitas.

Sebelumnya, Inayah telah melakukan riset di Demak Jawa Tengah, sebuah wilayah pesisir yang bersebelahan langsung dengan Kota Semarang dan telah lama menghadapi tekanan serius akibat dampak perubahan iklim.

Berdasarkan hasil penelitiannya, banjir rob, abrasi pantai, dan ancaman migrasi permanen merupakan tantangan nyata bagi masyarakat setempat dalam kehidupan sehari-hari.

 

Oleh sebab itu, Inayah menekankan pentingnya peran pemimpin lokal—baik formal maupun informal—dalam mengupayakan ketahanan komunitas untuk menghadapi kenaikan muka air laut di wilayah tersebut.

Selain sosok yang visioner, adaptif, kolaboratif, dan mampu membangun solidaritas komunitas, pemimpin di daerah tersebut juga dituntut mampu mengintegrasikan nilai-nilai lokal dan budaya dalam setiap kebijakan adaptasi iklim.

“Di tengah sistem sosial yang patriarkal, pemimpin lokal perempuan juga membuktikan perannya yang signifikan,” ungkap Inayah, sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis di laman BRIN pada Selasa (10/6/2025).

Inayah menjelaskan bahwa sebagai wilayah yang secara geografis rawan banjir dan berada di daerah aluvial, Demak menjadi titik krusial dalam studi adaptasi perubahan iklim.

Menurutnya, air dari berbagai penjuru bermuara ke wilayah ini, sehingga menyebabkan banjir rob semakin parah dan sering terjadi. Dampaknya pun meluas ke sektor ekonomi, infrastruktur, dan sosial kemasyarakatan.

Peran Tokoh Lokal

Ia juga mengatakan, oleh sebab itu bentuk kepemimpinan transformasional muncul dari tokoh-tokoh lokal dalam kajian lapangan yang dilakukannya sejak 2023.

Menurut Inayah para pemimpin ini tidak hanya berasal dari struktur pemerintahan resmi seperti kepala desa, tetapi juga dari masyarakat yang bergerak secara organik dan memahami secara langsung kebutuhan warga yang terdampak bencana iklim.

Oleh sebab itu, Inayah menegaskan bahwa pemimpin lokal juga memainkan peran penting dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Sebagai contoh, Inayah menjelaskan tentang pemimpin di Desa Timbulsloko yang memimpin upaya penanaman dan pengelolaan hutan mangrove.

Usaha tersebut berkembang menjadi kegiatan ekonomi berbasis komunitas, seperti produksi teh dan olahan mangrove lainnya, bahkan mendapat pengakuan dari pemerintah.

Contoh lainnya datang dari Kecamatan Wedung, di mana inisiatif perempuan dalam mengolah hasil tambak pasca banjir turut menciptakan unit usaha mikro yang berkelanjutan.

Inayah menjelaskan bahwa mereka bekerja sama dengan dinas-dinas terkait dan memanfaatkan pelatihan serta bantuan yang tersedia untuk membangun ketahanan ekonomi keluarga.

Adapun contoh lain datang dari generasi muda yang menunjukkan peran signifikan. Ia adalah pemuda lulusan perguruan tinggi yang kembali ke kampung halamannya dan mengembangkan usaha pengeringan serta pengolahan hasil laut.

Ia juga menerapkan strategi pemasaran digital untuk memperluas jangkauan produk lokal.

Melalui studi ini, Inayah menegaskan bahwa ketahanan iklim tidak hanya bergantung pada kebijakan pusat, tetapi juga pada kapasitas pemimpin lokal dalam menggerakkan komunitas, memanfaatkan sumber daya, dan menjaga keberlanjutan lingkungan hidup mereka.

Posted in Tak Berkategori

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *