KUBET – Kemenkes Sebut Angka Stunting 2024 Turun Jadi 19,8 Persen

Ilustrasi anak.

Lihat Foto

Kemenkes) mengungkapkan bahwa prevalensi atau angka kejadian stunting turun menjadi 19,8 persen pada 2024, dari yang sebelumnya 21,5 persen di 2023. Hal ini tercantum dalam Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024.

“Target kami tahun lalu adalah 20,1 persen dan alhamdulillah hasil survei menunjukkan 19,8 persen. Artinya, kita berhasil melampaui target sebesar 0,3 persen,” kata Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, dalam keterangannya, Rabu (28/5/2025).

Pihaknya berkomitmen, untuk menurunkan angka stunting nasional menjadi 14,2 persen pada 2029. Menurut Budi, target tersebut sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang disusun bersama Sekretariat Wakil Presiden dan Bappenas.

“Target ini tidak mudah, tapi cukup menantang untuk dikejar. Dari angka 21,5 persen di 2023, kita harus turun ke 14,2 persen di 2029. Artinya kita harus menurunkan sekitar 7,3 persen dalam lima tahun,” papar dia.

Budi menuturkan, penurunan stunting tahun ini membutuhkan upaya yang lebih keras diiringi dengan kerja sama kementerian lembaga. Pasalnya, masih ada enam provinsi dengan jumlah balita stunting tertinggi antara lain Jawa Barat sebanyak 638.000 balita, Jawa Tengah sebanyak 485.893 balita, Jawa Timur sebanyak 430.780 balita, Sumatera Utara sebanyak 316.456 balita, Nusa Tenggara Timur sebanyak 214.143 balita, serta Banten sebanyak 209.600 balita.

“Kalau enam provinsi ini bisa kami turunkan 10 persen, maka secara nasional kita bisa turun 4–5 persen. Karena 50 persen anak stunting ada di enam daerah ini,” ungkap Budi.

Strategi penurunan stunting lainnya ialah memastikan intervensi sejak masa pra-kelahiran, dengan fokus pada 11 intervensi spesifik di sektor kesehatan, khususnya untuk remaja putri dan ibu hamil guna mencegah anemia.

Budi turut menekankan pentingnya program pengukuran lingkar lengan dan kadar hemoglobin (Hb) pada ibu hamil, distribusi tablet tambah darah, serta suplementasi mikronutrien. Selain itu, program peningkatan mutu pengukuran di Posyandu juga terus diperkuat melalui distribusi 300.000 alat antropometri, didukung program ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan (PMT), hingga imunisasi.

Sementara itu, Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes, Asnawi Abdullah, menegaskan hasil SSGI 2024 merupakan langkah penting menuju target jangka panjang penurunan stunting menjadi 5 persen pada 2045.

“SSGI 2024 telah terlaksana dengan sangat baik dan menghasilkan data status gizi mulai dari tingkat nasional hingga kabupaten/ kota. Ini menjadi fondasi penting untuk memperkuat kebijakan berbasis data,” jelas Asnawi.

Dia memaparkan, survei 2024 berhasil mencegah sekitar 337.000 balita dari risiko stunting, melampaui target tahunan RPJMN sebesar 325.000 balita. KEndati demikian, dia mencatat adanya variasi prevalensi stunting antarprovinsi, kabupaten/kota, serta kelompok sosial ekonomi.

“Prevalensi stunting sangat bervariasi. Misalnya, pada kelompok pendapatan sangat rendah, angkanya jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok pendapatan tinggi. Ini menjadi catatan penting untuk penajaman intervensi,” tambahnya.

Adapun SSGI 2024 dilaksanakan di 38 provinsi dan 514 kabupaten/kota. Hasil survei telah dikompilasi dalam sebuah buku dan dapat diakses publik melalui laman resmi BKPK Kemenkes.

“Tujuan utama diseminasi ini adalah agar data SSGI dimanfaatkan sebagai dasar perencanaan, evaluasi program, dan identifikasi wilayah prioritas. Semoga hasil ini semakin memperkuat intervensi yang berdampak nyata bagi bangsa,” sebut Asnawi.

Posted in Tak Berkategori

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *