KUBET – Asia Memanas Dua Kali Lebih Cepat Dibandingkan Benua Lain

Ilustrasi kekeringan. Puncak musim kemarau 2025.

Lihat Foto

Asia, benua dengan daratan dan populasi terbesar, saat ini memanas hampir dua kali lebih cepat dibanding rata-rata daratan dan lautan global.

Asia juga mengalami gelombang panas yang meluas serta berkepanjangan.

Laporan ‘State of the Climate in Asia 2024’ yang dirilis tanggal 23 Juni 2025 ini menyoroti bagaimana pemanasan global saat ini telah memicu cuaca yang lebih ekstrem dalam bentuk kekeringan dan banjir sekaligus menimbulkan dampak buruk pada ekonomi dan masyarakat Asia.

Melansir Down to Earth, Senin (23/6/2025), laporan menemukan bahwa tren pemanasan pada 1991-2024 hampir dua kali lipat dari tren pemanasan selama periode 1961-1990.

Selain itu juga peningkatan suhu di daratan lebih besar daripada peningkatan suhu di lautan.

Meski suhu lebih hangat di hampir seluruh wilayah Asia, suhu yang jauh di atas rata-rata terjadi di daerah yang membentang dari China barat hingga Jepang, Semenanjung Indochina, Asia Barat, Siberia bagian tengah utara.

Jepang menjadi contoh paling ekstrem karena negara ini mencatat tahun terpanasnya dan bahkan memecahkan rekor di tahun 2023.

Gelombang panas berkepanjangan melanda banyak wilayah di Asia pada tahun 2024.

Laporan misalnya saja menyoroti bagaimana beberapa bagian di India juga mengalami gelombang panas yang intens pada tahun 2024, menyebabkan lebih dari 450 kematian di seluruh negeri.

Asia, yang dikelilingi oleh lautan di tiga sisinya, juga mengalami peningkatan suhu permukaan laut rata-rata pada tingkat 0,24 derajat C per dekade, yang merupakan dua kali lipat dari tingkat rata-rata global sebesar 0,13 derajat C per dekade.

Pada 2024, sebagian besar wilayah lautan Asia terkena dampak gelombang panas laut dengan intensitas ekstrem. Samudra Hindia bagian utara dan di wilayah lautan yang berdekatan dengan Jepang, Laut Kuning dan Laut Cina Timur merupakan area yang paling terdampak.

Sementara itu, laporan menemukan bahwa 23 dari 24 gletser mengalami kehilangan massa tahun lalu, menyebabkan peningkatan bahaya seperti banjir bandang dan tanah longsor akibat luapan danau glasial, serta risiko jangka panjang terhadap ketahanan air.

Wilayah Pegunungan Tinggi Asia (HMA), yang berpusat di Dataran Tinggi Tibet, mengandung volume es terbesar di luar wilayah kutub, dengan gletser yang menutupi area seluas sekitar 100.000 km persegi.

Asia mengalami pula beberapa peristiwa cuaca ekstrem yang memecahkan rekor pada tahun 2024, mulai dari hujan lebat, kekeringan hingga tanah longsor.

Siklon Tropis Yagi, yang merupakan badai terkuat tahun ini, menyebabkan kerusakan dan korban yang meluas di Vietnam, Filipina, Republik Demokratik Rakyat Laos, Thailand, Myanmar, dan China.

Lalu di India, tanah longsor besar terjadi di Kerala utara di Wayanad pada tanggal 30 Juli 2024 setelah hujan lebat, melebihi 500 mm dalam 48 jam.

Tanah longsor tersebut menyebabkan lebih dari 350 kematian.

Kekeringan di China memengaruhi hampir 4,8 juta orang, merusak 335.200 hektar tanaman, dan menyebabkan kerugian langsung sekitar 2,89 miliar yuan.

Posted in Tak Berkategori

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *