KUBET – KKP: Potensi 12 Juta Ton Ikan Perlu Tata Kelola Berkelanjutan

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Lotharia Latif

Lihat Foto

keberlanjutan laut dan sumber dayanya.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Lotharia Latif, menyatakan bahwa Indonesia akan terus memperkuat tata kelola laut yang berkelanjutan dengan beberapa pendekatan.

“Adapun, beberapa pendekatan tersebut adalah dengan memperkuat perikanan skala kecil melalui pelibatan komunitas lokal, pemanfaatan kearifan tradisional, serta penerapan sistem kuota penangkapan untuk menjaga keseimbangan ekosistem,” ujar Lotharia, sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis KPP pada, Senin (16/6/2025).

Lebih lanjut, Lotharia mengatakan bahwa penerapan sistem kuota penangkapan telah mendorong pertumbuhan produksi penangkapan ikan nasional sebesar rata-rata 3,94 persen per tahun—dari 4,51 juta ton pada 2016 menjadi 7,71 juta ton pada 2023.

Ia menambahkan bahwa dengan potensi yang ada, Indonesia berpeluang menjadi produsen penangkapan ikan terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok, dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip keberlanjutan.

Selain itu, upaya keberlanjutan juga dijalankan di tingkat lokal melalui kerjasama Indonesia dengan inisiatif global seperti CFI Indonesia, yang mendorong pengelolaan perikanan skala kecil berbasis masyarakat.

Salah satu contohnya adalah inisiatif Sasi Label di Kepulauan Maluku yang menerapkan tradisi lokal berupa larangan sementara penangkapan ikan untuk memberikan waktu pemulihan bagi sumber daya laut.

“Inisiatif tersebut tidak hanya mampu melindungi ekosistem laut, tetapi juga memperkuat kelembagaan lokal, meningkatkan peran perempuan, serta memperluas akses pasar dan meningkatkan kesejahteraan nelayan,” ujar Lotharia.

Lotharia juga menyoroti pentingnya menjaga ketahanan produksi dan nilai ekspor perikanan skala kecil.

Ia menyebut bahwa tingkat pemanfaatan sumber daya ikan masih berada dalam batas aman secara biologi, yakni di bawah 80 persen dari potensi lestari (MSY). Sepanjang 2020–2024, rata-rata produksi tercatat sebesar 7,39 juta ton.

Sementara itu, nilai ekspor komoditas perikanan skala kecil menunjukkan tren kenaikan, dari 3,31 miliar dolar AS pada 2020 menjadi 3,91 miliar dollar AS pada 2023. Kenaikan ini didorong oleh komoditas utama seperti tuna-cakalang, cumi-sotong-gurita, dan kepiting.

Melihat capaian dan potensi tersebut, Lotharia menekankan pentingnya menjalankan tata kelola kelautan dengan prinsip berkelanjutan untuk menjaga ekosistem laut dan memastikan kelangsungan sumber daya perikanan Indonesia di masa depan.

Adapun, Lotharia juga mengatakan bahwa perlu adanya kolaborasi global dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 14 tentang ekosistem laut. Bentuk kerja sama tersebut dijalankan melalui kemitraan, program kembaran (twinning program), serta forum-forum internasional.

“Maka dari itu, kami mengundang seluruh mitra dan pemangku kepentingan untuk hadir dalam Ocean Impact Summit Indonesia 2026, sebagai bentuk nyata komitmen bersama untuk laut yang sehat dan berkelanjutan,” ujar Lotharia.

Sementara itu, sebelumnya dalam forum UNOC-3, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono juga telah menegaskan komitmen Indonesia terhadap perlindungan laut dan pembangunan ekonomi biru yang berkelanjutan.

Posted in Tak Berkategori

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *