KUBET – BRIN Temukan Katak Terbang asal Sulawesi yang Hilang Lebih dari Seabad

Katam terbang asal Sulawesi Utara kembali ditemukan oleh peneliti, setelah sempat menghilang lebih dari seabad lalu.

Lihat Foto

BRIN), Alamsyah Elang, menemukan katak terbang dari Sulawesi Utara yang sempat hilang selama lebih dari satu abad.

Para peneliti menetapkan spesies katak tersebut menjadi jenus baru yang dinamai Rhacophorus rhyssocephalus. Alamsyah menjelaskan bahwa katak terbang ini sebelumnya diketahui sebagai sub spesies Rhacophorus pardalis yang tersebar di Sumatera hingga Kalimantan.

“Katak ini disebut terbang karena memiliki selaput penuh di jari tangan dan kaki yang membantunya melayang saat melompat,” ungkap Alamsyah dalam keterangannya, Jumat (13/6/2025).

Menurut dia, hasil ekspedisi selama 20 tahun di Sulawesi menunjukkan adanya beberapa garis keturunan yang berbeda dalam kelompok Rhacophorus. Seluruhnya merupakan endemik di Pulau Sulawesi.

Kelompok katak terbang itu diklasifikasikan ke dalam empat grup berdasarkan karakteristik fisik.
Pertama, grup batik cokelat, memiliki corak menyerupai batik dengan moncong yang meruncing. Kemudian, grup web hitam yang memiliki selaput berwarna hitam di kakinya.

Ketiga, grup hijau yang berwarna hijau muda dan berukuran lebih kecil. Terakhir, grup pipi putih dengan bercak putih di sebagian pipinya

Istilah katak terbang pertama kali diperkenalkan Alfred Russel Wallace dalam bukunya The Malay Archipelago.

Genus Rhacophorus merupakan bagian dari famili Rhacophoridae, dengan tipe spesies Rhacophorus reinwardtii yang ditemukan di Jawa Barat. Salah satu ciri khasnya adalah adanya tulang penghubung antara ruas jari pertama dan kedua.

“Secara historis, genus Rhacophorus memiliki persebaran yang luas, ditemukan mulai dari India, Cina, Jepang, Malaysia, Indonesia, hingga Filipina,” jelas Alamsyah.

“Di Indonesia, wilayah paling timur yang diketahui menjadi habitatnya adalah Pulau Sulawesi,” imbuh dia.

Sementara itu, Kepala Pusat Riset Biosistematika Evolusi BRIN, Arif Nurkanto, menyampaikan wilayah Sulawesi memiliki sejarah geologi yang unik.

Pulau Sulawesi terbentuk dari pertemuan tiga lempeng besar, yakni Asia, Indo-Australia, dan Pasifik, yang menyebabkan tingginya tingkat endemisitas.

“Secara biogeografi, Sulawesi tidak pernah terhubung sepenuhnya dengan Australia atau Asia, sehingga menghasilkan spesies unik,” tutur dia.

Penemuan terbaru itu, menurut Arif, menunjukkan Sulawesi menempati posisi kedua dalam penemuan spesies baru di Indonesia, menandakan tingginya keanekaragaman hayati.

“Meskipun penelitian mengenai katak terbang Rhacophorus telah mengungkap beberapa spesies baru dan garis keturunan yang berbeda, masih banyak keanekaragaman amfibi lainnya yang belum teridentifikasi sepenuhnya,” sebut Arif.

Sulawesi, dengan ekosistem uniknya dan kondisi geologisnya yang kompleks, berpotensi menjadi rumah bagi lebih banyak spesies amfibi endemik yang belum terdokumentasikan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami pola evolusi, adaptasi, serta interaksi ekologi amfibi di wilayah ini.

“Temuan terbaru hanya menjadi awal dari eksplorasi panjang yang akan membuka lebih banyak wawasan tentang kehidupan herpetofauna di Sulawesi dan Indonesia secara keseluruhan,” ujar Arif.

Posted in Tak Berkategori

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *