
Perubahan iklim dan peningkatan suhu global menjadi ancaman serius bagi industri peternakan sapi perah.
Dalam penilaian paling komprehensif tentang dampak suhu udara panas terhadap sapi perah, peneliti menemukan bahwa satu hari panas ekstrem dapat memangkas produksi susu hingga 10 persen.
Dampak cuaca panas tersebut bahkan dapat berlangsung lebih dari 10 hari bahkan ketika peternak sudah berupaya maksimal untuk melindungi sapi mereka dari panas ekstrem.
Ini menunjukkan betapa rentannya sistem pangan kita terhadap perubahan iklim.
“Perubahan iklim akan berdampak luas pada apa yang kita makan dan minum, termasuk segelas susu dingin,” kata salah satu penulis pendamping penelitian yang juga asisten profesor di Harris School of Public Policy, Eyal Frank, dikutip dari Phys, Sabtu (5/7/2025).
“Penelitian kami menemukan bahwa panas ekstrem menyebabkan dampak yang signifikan dan berkelanjutan pada pasokan susu, dan bahkan peternakan yang paling canggih dan memiliki sumber daya yang baik pun menerapkan strategi adaptasi yang mungkin tidak cukup untuk menghadapi perubahan iklim,” terangnya lagi.
Dalam studi ini, tim peneliti mempelajari industri susu di Israel yang mewakili negara-negara penghasil susu dengan sistem canggih.
Para peneliti menganalisis data cuaca lokal untuk mengukur dampak panas lembap pada lebih dari 130.000 sapi perah Israel selama 12 tahun. Mereka kemudian menyurvei lebih dari 300 peternak sapi perah untuk melihat seberapa besar teknologi pendinginan telah membantu.
“Industri susu di Israel merupakan tempat uji coba yang baik karena peternakan tersebar di seluruh negeri dan mengalami berbagai suhu dan kelembapan yang mewakili kondisi untuk negara-negara penghasil susu teratas di seluruh dunia,” papar Ram Fishman, profesor madya Kebijakan Publik di Universitas Tel Aviv.
Peternakan juga telah mengadopsi sistem ventilasi dan penyemprotan untuk menjaga sapi mereka tetap dingin.
Tim peneliti kemudian menemukan bahwa produksi susu menurun secara signifikan pada hari-hari yang panas dan lembap, hingga 10 persen ketika suhu melebih 26 derajat C.
Kombinasi panas dan kelembapan yang tinggi memiliki dampak yang sangat merugikan bagi sapi perah. Kondisi ini menyebabkan stres panas yang parah dan yang lebih penting, pemulihan produksi susu sapi membutuhkan waktu yang sangat lama.
Dibutuhkan waktu lebih dari 10 hari agar produksi susu kembali ke tingkat normal.
Temuan ini pun menjelaskan bahwa meskipun banyak peternakan sudah menggunakan teknologi pendingin untuk sapi, upaya tersebut hanya mengurangi sebagian dari kerugian produksi susu akibat panas, dan efektivitasnya menurun seiring suhu yang makin panas.
Pada suhu 24 derajat C, alat pendingin hanya mampu mengimbangi 40 persen dari kerugian. Namun demikian, para peneliti menemukan bahwa memasang peralatan pendingin tetap sepadan, karena peternak dapat menutup kembali biaya pemasangan peralatan tersebut dalam waktu sekitar satu setengah tahun.