
Produksi beras berkelanjutan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan menjadi salah satu cara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian.
Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia pun melakukan pertemuan dengan Pemerintah Jawa Timur untuk membahas kolaborasi yang mendorong produksi beras berkelanjutan.
Pertemuan yang berlangsung Selasa, (1/7/2025) ini juga turut dihadiri oleh 12 duta besar dan perwakilan negara-negara anggota Uni Eropa, termasuk di antaranya Belgia, Bulgaria, Denmark, Jerman, Spanyol, Siprus, Lituania, Belanda, Austria, Polandia, Finlandia, dan Swedia.
Lebih lanjut, proyek kolaborasi ini nantinya akan dijalankan melalui SWITCH-Asia Low Carbon Project (Proyek Beras Rendah Karbon SWITCH-Asia).
Dalam dialog ini, perwakilan UE dan pemerintah Jatim fokus membahas bagaimana SWITCH-Asia Low Carbon Project akan mendukung transisi Jawa Timur menuju penerapan produksi beras berkelanjutan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, SWITCH-Asia Low Carbon Rice Project yang didanai Uni Eropa ini nantinya akan mendukung produsen beras lokal untuk mempraktikkan penanganan pascapanen padi yang berkelanjutan.
Itu dilakukan dengan mendorong para produsen untuk beralih dari penggilingan bertenaga diesel ke penggilingan berbasis energi listrik.
Inovasi ini berpotensi mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 13,8 persen di tingkat penggilingan, sekaligus mengurangi biaya energi serta meningkatkan kualitas beras dan mata pencaharian petani.
Sebelumnya, SWITCH-Asia Low Carbon Rice Project sendiri telah memberikan dukungan dan pendampingan ke 150 penggilingan padi di Jawa Tengah dan Timur, termasuk di kabupaten Ngawi dan Madiun di Jawa Timur.