KUBET – Kemarau tetapi Hujan, BMKG Minta Petani Cerdas Kelola Air

Sawah milik warga Desa Giri Nanto, Kecamatan Ulu Talo, Bengkulu. Warga memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan hidup dan bersawah. Rencana pertambangan emas akan membuat ancaman musnahnya sawah.

Lihat Foto

pertanian, baik sebagai peluang maupun tantangan.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Sabtu (21/6/2025), menjelaskan bahwa meski secara klimatologis seharusnya Indonesia telah memasuki musim kemarau, sebagian besar wilayah masih mengalami curah hujan di atas normal akibat anomali iklim.

“Ini berkah sekaligus tantangan. Untuk petani padi, ini bisa membantu, karena pasokan air irigasi tetap tersedia. Tapi, untuk hortikultura, kelembapan tinggi bisa jadi masalah serius,” kata Dwikorita seperti dikutip Antara.

Tanaman hortikultura, seperti cabai, bawang, dan tomat rentan terhadap serangan hama dan penyakit saat kelembapan udara tinggi. Oleh karena itu, BMKG mendorong petani untuk menyesuaikan pola tanam dan memperkuat sistem perlindungan tanaman.

“Kami mendorong petani hortikultura menyiapkan sistem drainase yang baik dan memperkuat proteksi tanaman. Jangan sampai curah hujan tinggi malah menurunkan produksi,” ujarnya.

Dwikorita juga mengingatkan bahwa musim kemarau tahun ini diperkirakan berlangsung lebih pendek dari biasanya, namun tetap disertai curah hujan yang fluktuatif hingga Oktober 2025, terutama di wilayah selatan Indonesia.

Menurut analisis BMKG, ketidakteraturan pola curah hujan dapat memicu gangguan pada sistem produksi pangan, pasokan air, dan aktivitas ekonomi lainnya bila tidak diantisipasi secara menyeluruh.

“Informasi prediktif dan analisis BMKG harus menjadi acuan. Kesiapan adaptasi iklim tidak hanya di tingkat nasional, tapi juga harus menjangkau petani di lapangan,” tegas Dwikorita.

 

Posted in Tak Berkategori

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *