
speed breeding atau percepatan pemuliaan untuk memaksimalkan proses pemuliaan tanaman buah.
Mia mengungkapkan, speed breeding adalah percepatan siklus generatif melalui manipulasi lingkungan tumbuh yang terkendali.
“Percepatan pemuliaan tanaman buah sangat krusial, terutama dalam menghadapi perubahan iklim dan peningkatan kebutuhan pangan,” katanya seperti dikutip Antara, Senin (23/6/2025).
Mia menilai, pemuliaan konvensional tanaman buah berkayu kerap terkendala oleh sifat biologis, seperti penyerbukan silang, heterozigositas tinggi, reproduksi unik, seperti apomiksis dan poliembrioni, serta ketidakmampuan menyerbuk sendiri.
Di sisi lain, kata dia, banyak tanaman buah diperbanyak secara klonal sehingga mempersempit variabilitas genetik.
“Karena itu teknologi nonkonvensional menjadi sangat penting,” ujarnya.
Mia juga menjelaskan saat ini terdapat berbagai teknik mutakhir yang dikembangkan BRIN, seperti embriogenesis somatik, embrio rescue, mutagenesis dan seleksi in-vitro, poliploidisasi, fusi protoplas, hingga pengeditan genom berbasis CRISPR-Cas9.
Pada tanaman jeruk, jelasnya, pengeditan gen callose synthase telah berhasil diterapkan untuk meningkatkan ketahanan terhadap penyakit HLB/CVPD. Sedangkan pada apel, target pengeditan adalah gen Ma1 yang berfungsi mengatur kadar asam dan rasa buah.
“Embriogenesis somatik juga telah berhasil diterapkan pada berbagai buah tropis seperti mangga, jeruk, kelengkeng, jambu, dan durian. Semua ini menunjukkan bahwa kita telah berada pada jalur transformasi yang tepat,” ungkapnya.
Maka dari itu Mia menekankan pentingnya kolaborasi antara riset dasar, teknologi mutakhir, dan pemanfaatan sumber daya genetik lokal untuk menghasilkan varietas buah unggul yang adaptif dan kompetitif.
Senada, Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) BRIN, Puji Lestari, menekankan pentingnya transformasi pemuliaan tanaman buah melalui penerapan teknologi nonkonvensional.
Menurutnya, proses pemuliaan konvensional kerap tidak mampu mengimbangi dinamika tersebut. Keterbatasan seperti lamanya siklus pemuliaan, ketidakakuratan penentuan kualitas, dan kendala dalam reproduksi tanaman buah menjadi hambatan utama.
“Diperlukan solusi terintegrasi dari hulu sampai hilir, mulai dari pemuliaan hingga pascapanen, agar buah Indonesia mampu bersaing di pasar global,” tutur Puji Lestari.